Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Minggu, 22 Agustus 2021
Rasa Syukur akan Kebaikan Tuhan
Aku menghabiskan sebagian besar hari Sabtuku dengan berbincang manis dengan Cahya melalui WhatsApp. Aku rasa hampir sebulan lebih kami tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Pada banyak hal, aku merasa ketika aku berbincang dengannya aku merasa lebih tenang. Ya, terkadang tidak semua hal rumit yang ingin aku ceritakan dengan mudah kubagikan. Nyatanya, berbeda jika aku berbincang dengannya, hal rumit dan mendalam terasa lebih melegakan setelah kubagikan melalui ceritaku padanya.
Jumat, 06 Agustus 2021
#VR46 - Sepang Circuit dan Grazie Vale!
2017.
Aku berbincang dengan seorang teman semasa sekolah yang aku kenal juga sebagai penggemar Rossi garis keras. Kami sama-sama mengungkapkan sekali seumur hidup ingin nonton Rossi di Sepang Sirkuit (Sepang Sirkuit berada di Malaysia.) Kamipun berusaha untuk mewujudkannya, dan Tuhan berkata, “Ya.”
Januari 2018.
Aku mencari penjual tiket resmi tribun Rossi di Sepang melalui website Sepang Circuit dan aku mendapatkan tiket promonya. Race masih November, namun satu bulan setelahnya, yaitu Februari aku sudah memegang tiket tribun impianku.
Mei 2018.
Pertama kalinya aku berada pada kenekatan bulat, yaitu membuat paspor. Waktu di wawancara di Imigrasi, mereka bertanya, “Mau kemana nih kok buat paspor?” Aku menjawab, “Ke Malaysia.” Imigrasi bertanya, “Jalan-jalan ya?” Aku menjawab, “Nggak Pak, nonton Rossi di Sepang.” Petugas Imigrasi itu hanya melongo. Bahkan beberapa orang menyebutku gila, karena rela membuang uang dan waktu demi nonton Rossi live race. Come on! Ini adalah caraku membahagiakan diriku sendiri.
November 2018.
Hari yang ditunggu itu tiba. Sejak pagi aku sudah bersiap-siap agar tidak terlambat menonton. Betapa gembiranya aku hari itu. Sepanjang perjalanan dari KL Sentral dengan bus khusus Rapid KL yang membawa kami menuju Sepang. Lama perjalanan kurasa jika normal antara satu jam, namun itu lebih dari satu jam. Apalagi ketika kami sudah mendekati Sepang, di sepanjang jalan aku melihat orang-orang berbaju kuning, berbendera kuning, hingga lengkap atribut kuning juga menuju kesana.
Hari Minggu yang sangat melelahkan, namun terbayarkan lunas! Aku telah tiba di Sepang dengan gemuruh suara-suara yang sudah familiar ditelingaku, bukan hanya suara teriakan orang-orang, namun juga suara helikopter yang biasa bertugas di setiap sirkuit juga kudengar dekat. Ketika aku tiba disana, (jadwal race memang dimajukan) race kelas Moto2 sudah berlangsung setengah jalan. Riuh gemuruh suara penggemar tidak pernah berhenti sedikitpun, “Tuhan ini luar biasa berada disini,” gumamku dalam hati.
Yang aku banggakan hingga hari ini adalah ketika aku live race di Sepang ada 5 hal:
1. Aku menjadi salah satu saksi pengkukuhan juara dunia Pecco Bagnaia (anak didik Rossi) dan tim Sky Racing VR46.
2. Aku menjadi salah satu saksi Luca Marini berhasil mendapatkan P1 pertamanya!
3. Aku menjadi saksi, live race langsung Dani Pedrosa di tahun terakhirnya sebelum pensiun.
4. Aku benar-benar melihat Rossi memimpin selama 17 putaran di depan, meski 4 putaran akhir Rossi harus crash di depan Tribun VR46. Dan aku melihat betapa senangnya aku, ketika aksi seusai race Rossi datang menghampiri Tribun VR46 dan melambaikan tangannya.
5. Dan aku berhasil mewujudkan impianku, untuk nonton live race!
Euforia tribun VR46 tidak akan pernah aku lupakan, bahkan ingin membuatku kembali lagi di tahun-tahun yang akan datang. Saat itu aku berjanji, “Aku akan datang ke Sepang lagi di kala itu adalah tahun terakhir Rossi membalap, mau nggak mau!” Tapi, Tuhan membuat kisahnya berbeda.
***
6 Agustus 2021.
Semalam, aku tiba di titik bahwa aku harus menerima keputusan Rossi. Rossi mengatakan untuk pensiun dan kuartal kedua musim ini adalah balapan terakhirnya. Rasanya, sedih juga. Sekalipun sudah sejak 2017 aku mempersiapkan hati untuk mendengarnya pensiun di hari-hari yang masih kelabu karena tidak tahu kapan. Namun, sebagai penggemar yang baik aku harus berbesar hati. Aku tahu bahwa itu adalah pergumulan yang sulit, tapi aku meyakini masa-masa depan setelah ini Rossi akan tetap bahagia.
Rossi telah banyak meraih kesuksesan, bukan hanya berapa puluh koleksi piala kemenangan, berapa ratus juta hadiah yang dia terima setiap musim, hingga dia berhasil menerbitkan anak-anak muda berbakat Italia dibawah asuhan akademi balapnya. Lalu, masihkah Anda yang tidak mengenalnya akan selalu membandingkan segala pencapaian luar biasanya ini?
Menurutku, sekalipun Rossi pensiun di hari ini, Rossi sudah bangga dengan dirinya sendiri. Rossi menjadi rider tertua yang tersisa dari kelas era tahun 2000-an. Rossi menjadi idola bukan hanya manusia-manusia di dunia, namun juga rider MotoGP itu sendiri (Fabio Quartararo, Maverick Vinales, Alex Rins, Joan Mir, dan lainnya.) Rossi juga menjadi awal bagaimana orang-orang begitu mencintainya, dan mencintai MotoGP ini.
Mulai tahun depan, aku akan rindu kegiatan “kumatikan televisiku jika Rossi jatuh atau kalah.” Aku akan merindukan begadang demi seri Qatar, Argentina, dan Amerika. Aku akan merindukan nge-tweet selama race, dan segala hal bodoh yang membuatku senang.
Oh my God!
Terima kasih untuk Rossi yang sudah menjadi idolaku sejak aku anak-anak. Terima kasih untuk semangat dan perjuangan yang selalu diberikan dan ditunjukkan. Terima kasih untuk ribuan cerita baik dan moodbooster-ku. Aku akan terus mengidolakanmu sebagai seorang yang baik dengan kharisma yang tidak ada rider lain yang akan menyamainya. Akhir dari eranya terlah berakhir, tapi Rossi tidak pernah berakhir. Rossi akan selalu dikenang sebagai ikon MotoGP dan jiwa MotoGP itu sendiri.
Dari aku,
Penggemarmu dari belahan dunia yang lain. Teruslah menjadi yang terbaik. Teruslah menjadi legenda hidup sampai nanti. Nikmatilah hari-hari kedepan dengan jauh lebih bahagia.
Ini adalah sebagian ceritaku. Terlalu panjang jika dikatakan sepenuhnya. Tapi aku bahagia, pernah menjadi bagiannya dengan begitu fanatiknya. Valentino Rossi, THE GOAT, LEGEND.
“Kamu tidak akan dapat melaju cepat, jika kamu tidak mengenal lintasanmu.” -- Quote Valentino Rossi yang kukutip dari sebuah buku yang aku baca.
***
Thank you, Vale. Grazie Vale. I’m not crying! I’m not crying. But, I’m crying.